Minggu, 27 November 2011

Resensi Buku "Mereka Berbicara Mega"


Judul Buku      : Mereka Berbicara Mega
Editor              : Zainun Ahmadi dan Rahadi Zakaria
Penerbit           : Yayasan Paragraf
Tahun Terbit    : 2008
Cetakan           : II
Halaman          : xix + 246
Ukuran Buku  : 14 x 21 cm

Deskripsi Buku
Buku “Mereka Berbicara Mega” ini menggambarkan tentang pandangan para tokoh publik tentang sosok mantan ketua umum PDI Perjuangan dan juga sebagai mantan Presiden Republik Indonesia yang kelima yakni Megawati Soekarno Putri. Beliau adalah sosok pemimpin dari kalangan perempuan yang sangat berhasil.
Didalam buku ini terdapat 38 tokoh yang berkomentar terhadap ibu Mega, yakni Ahmad Syafii Ma’arif, Akbar Tandjung, M Amien Rais, Prabowo Subianto, Franz Magnis Suseno, Said Aqil Siradj, Salahudin Wahid, WS Rendra, Jalaludin Rakhmat, Damardjati Supadjar, Sutiyoso, Siti Musdah Mulia, Marwah Daud Ibrahim, Mohamad Sobary, Amidhan, Anies R Baswidean, Yudi Latif, Mahendradatta, Ryaas Rasyid, Ikrar Nusa Bhakti, Komaruddin Hidayat, Ismail Yusanto, Ahmad Sumargono, Alwi Shihab, Bedjo Sujanto, Aisyah Aminy, Tuty Alawiyah, A Malik Fadjar, Syukron Makmun, Sukardi Rinakit, Khofifah Indar Parawansa, Syamsul Mu’arif, Rokhmin Dahuri, TGH. Hasanain Djuaini, Ahmad Tafsir, Bursah Zarnubi, Imam Addaruqutni, dan Rahardjo Tjakraningrat.
Tujuan diterbitkannya buku yang berisikan komentar para tokoh ini adalah bertujuan untuk mengenalkan kembali “ibu Mega” kepada masyarakat terlebih banyaknya pendapat yang miring tentang beliau dan juga sekaligus menyangkal pendapat tersebut, tutur editor dalam pendahuluannya. Namun, menurut saya, penerbitan buku ini memang pada dasarnya untuk memperkenalkan kembali sosok yang sebenarnya tentang “ibu Mega”.
Permasalahan atau isu yang paling banyak dibahas dalam buku ini adalah tentang permasalahan seputar kepemimpinan perempuan dalam pandangan Islam, dalam berbagai pendapat para tokoh ulama menyatakan bahwa hampir semua tidak mempermasalahkan tentang jenis kelamin, melainkan tentang kemampuan yang dimiliki dalam memimpin bangsa. Kemudian yang tak kalah banternya tentang isu “ibu Mega sebagai tokoh sekuler” dan pada kenyataannya bahwa menurut pendapat para tokoh ibu mega bukanlah tokoh yang sekuler, buktinya beliau mempunyai pemahaman tentang Islam yang sangat luas, dalam memahami Islam beliau bukan dipandang dari segi formalitas belaka melainkan dipandang dari sisi substansinya.
Digambarkan dalam buku ini bahwa beliau adalah sosok yang menganut pandangan Islam yang Progresif, Inklusif dan Rasional, bukan pandangan Islam yang Konservatif, Eksklusif, dan Dogmatis.
Sepak terjang beliau dalam dunia politisi dan jabatan beliau yang amat sangat banyak, sebagai seorang prempuan, seorang ibu, seorang istri, seorang ketua umum PDI Perjuangan, seorang Dewan Pembina Baitul Muslimin Indonesia dan juga seorang Presiden Republik Indonesia, beliau adalah sosok yang sangat kuat dan tabah, sosok pandai bergaul dan lebih banyak diam dari pada banyak berkata banyak menimbulkan masalah. Women can make all the different.

Kelebihan Buku
Kelebihan yang terdapat dalam buku ini, dari segi bahasa sangat mudah dipahami terlebih dikalangan masyarakat awam, namun ada beberapa istilah yang mungkin tidak semua orang memahaminya. Penyajian buku dan layout buku sangat menarik untuk dilihat dan diiringi dengan foto dan biografi singkat para tokoh yang berpendapat.
Dalam buku ini, berbagai pendapat yang dikemukakan semuanya merupakan pendapat yang independen terus terang dan tanpa ada yang ditutup-tutupi, semua berpendapat seutuhnya sesuai dengan kenyataan dan tanpa direkayasa, dan pendapatnya dapat membuka wawasan bagi pembaca mengenai penilaian terhadap seseorang, menilai seseorang bukan tidak hanya dilihat dari dzohirnya daja melainkan dilihat dari maksud dan tujuan serta menelaah setiap perbuatan yang diperbuatnya.
 Buku ini mengajarkan kepada para pembaca agar dalam memahami Islam tidak kaku dan hanya formalitas belaka, melainkan memahami Islam secara keseluruhan dan substansinya yang paling utama, yakni Rahmatan lil ‘alamin rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk manusia tetapi untuk alam, hewan dan tumbuhan yang hidup dibumi ni.

Kekurangan Buku
Kekurangan yang terdapat dalam buku ini adalah ada beberapa istilah yang mungkin tidak banyak dimengerti oleh para pembaca, sehingga dalam memahami tulisannya sedikit terkurangi dan kurang menyeluruh, terlebih kesalahan dalam menafsirkan istilah maka kemungkinan salah pengertian pula dalam memahami isi dan maksud yang ada dalam buku ini.
Selain itu, pembahasan dalam buku ini hanya terpaku pada isu-isu yang hangat dibicarakan oleh masyarakat seputar masa kepemimpinan ibu Mega, yang meliputi kepemimpinan perempuan dalam tanpuk pemerintahan, pemimpin yang sekuler, pemahaman kurang terhadap Islam, PDI Perjuangan basis umat Islam abangan.
Saran bagi penulis dalam membaca buku ini, bahwa harus ada pembendaharaan kosa kata asing, terutama yang berkaitan dengan politik hal ini bertujuan untuk tidak terjadinya salah paham dalam memahami tulisan. Terimaksih.


Gaya Kepemimpinan Iblis vs Malaikat

Dalam Surat Al – Baqarah ayat 30 – 34, disebutkan bahwa bagaimana keadaan penghuni surga ketika datang penghuni surga baru, yang diciptakan dari tanah yakni Nabi Adam AS, apakah yang terjadi?, Iblis dan Malaikat sebagai penghuni surga yang lama atau katakanlah seniornya, diperintahkan kepada Allah untuk sujud kepada Nabi Adam yakni penghuni surga yang baru atau juniornya, maka tak heran keduanya protes.
Malaikat: Ya Tuhan, kenapa engkau ciptakan manusia? padahal mereka yang membuat kerusakan dimuka bumi dan bertumpah darah (berperang), padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.
Tuhan menjawab: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Maka setelah itu, Malaikat tidak berani memprotes lagi dan taat kepada Allah. Tetapi lain halnya dengan Iblis.
Iblis: sesungguhnya aku lebih mulia, aku diciptakan dari api sedangkan ia (adam) diciptakan dari tanah.
Begitulah iblis, dengan berbagai tipu dayanya agar dapat menggulingkan juniornya dan ia mendapat keududukan yang tinggi, padahal dari sikapnya itu ia dilaknat oleh Allah dan diusir dari surga dan akan menjadi penghuni neraka kelak.
Dari kisah tersebut dapat kita ambil pelajaran tentang bagaimana patuhnya Malaikat dan Iblis diperintah Allah untuk sujud kepada Adam. dalam konteks tema kita tentang kepemimpinan Malaikat dan Iblis, ada dua tipe bagaimana cara keduanya menanggapi sang Junior yang memiliki potensi yang lebih dari keduanya yaitu sebagai berikut:
Malaikat:
Ia mengetahui bahwa juniornya memiliki kemampuan, keterampilan dan bakat yang lebih darinya, kemudia ia mengambil inisiatif untuk mempertahankan status qou-nya, ia menghormani juniornya walaupun dirinya seorang senior, ia menghormati kelebihan yang dimiliki juniornya, dan lebih mengakomodir kelebihan juniornya. Dan sikap ini yang sangat dibutuhkan sekali dalam suatu intitusi ataupun organisasi bahwa menggunakan kelebihan junior untuk kemajuan suatu organisasi atau institusi dan juga lebih meningkatkan kembali kemampuan sang junior tersebut.
Iblis:
Beda Malaikat beda pula Iblis, ia menyikapinya dengan penuh kelicikan da kecurangan bahwa demi mempertahankan kekuasaanya ia lebih mengambil jalan untuk memusuhi sang junior, memfitnah, mengambil cara bagaimana orang yang memiliki kelebihan tersebut keluar dari organisasi atau institusi agar kedudukannya tidak terancam lagi, ia tidak memikirkan kemampuan yang dimiliki juniornya karena yang ada dalam benaknya bahwa akulah yang paling pintar, baik, hebat dan lainnya.

Kesimpulan:
Nah, dari paparan diatas, kita tahukan mana yang harus kita contoh. Tentunya gaya Malaikat kan. Kita jangan memikirkan ego sendiri deh kalau kitanya merasa tidak mampu kenapa tidak kalau ada orang yang lebih mampu dari kita untuk mengerjakan sesuatu itu.
Semua orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, kekurangan kita merupakan kelebihan bagi orang lain dan kelebihan kita merupkan kekurangan dari orang lain. Selalu berfikir postif dan dahulukan kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena lebih baik senang bersama-sama dari pada senang sendiri sementara yang lain menderita.