Minggu, 27 November 2011

Gaya Kepemimpinan Iblis vs Malaikat

Dalam Surat Al – Baqarah ayat 30 – 34, disebutkan bahwa bagaimana keadaan penghuni surga ketika datang penghuni surga baru, yang diciptakan dari tanah yakni Nabi Adam AS, apakah yang terjadi?, Iblis dan Malaikat sebagai penghuni surga yang lama atau katakanlah seniornya, diperintahkan kepada Allah untuk sujud kepada Nabi Adam yakni penghuni surga yang baru atau juniornya, maka tak heran keduanya protes.
Malaikat: Ya Tuhan, kenapa engkau ciptakan manusia? padahal mereka yang membuat kerusakan dimuka bumi dan bertumpah darah (berperang), padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.
Tuhan menjawab: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Maka setelah itu, Malaikat tidak berani memprotes lagi dan taat kepada Allah. Tetapi lain halnya dengan Iblis.
Iblis: sesungguhnya aku lebih mulia, aku diciptakan dari api sedangkan ia (adam) diciptakan dari tanah.
Begitulah iblis, dengan berbagai tipu dayanya agar dapat menggulingkan juniornya dan ia mendapat keududukan yang tinggi, padahal dari sikapnya itu ia dilaknat oleh Allah dan diusir dari surga dan akan menjadi penghuni neraka kelak.
Dari kisah tersebut dapat kita ambil pelajaran tentang bagaimana patuhnya Malaikat dan Iblis diperintah Allah untuk sujud kepada Adam. dalam konteks tema kita tentang kepemimpinan Malaikat dan Iblis, ada dua tipe bagaimana cara keduanya menanggapi sang Junior yang memiliki potensi yang lebih dari keduanya yaitu sebagai berikut:
Malaikat:
Ia mengetahui bahwa juniornya memiliki kemampuan, keterampilan dan bakat yang lebih darinya, kemudia ia mengambil inisiatif untuk mempertahankan status qou-nya, ia menghormani juniornya walaupun dirinya seorang senior, ia menghormati kelebihan yang dimiliki juniornya, dan lebih mengakomodir kelebihan juniornya. Dan sikap ini yang sangat dibutuhkan sekali dalam suatu intitusi ataupun organisasi bahwa menggunakan kelebihan junior untuk kemajuan suatu organisasi atau institusi dan juga lebih meningkatkan kembali kemampuan sang junior tersebut.
Iblis:
Beda Malaikat beda pula Iblis, ia menyikapinya dengan penuh kelicikan da kecurangan bahwa demi mempertahankan kekuasaanya ia lebih mengambil jalan untuk memusuhi sang junior, memfitnah, mengambil cara bagaimana orang yang memiliki kelebihan tersebut keluar dari organisasi atau institusi agar kedudukannya tidak terancam lagi, ia tidak memikirkan kemampuan yang dimiliki juniornya karena yang ada dalam benaknya bahwa akulah yang paling pintar, baik, hebat dan lainnya.

Kesimpulan:
Nah, dari paparan diatas, kita tahukan mana yang harus kita contoh. Tentunya gaya Malaikat kan. Kita jangan memikirkan ego sendiri deh kalau kitanya merasa tidak mampu kenapa tidak kalau ada orang yang lebih mampu dari kita untuk mengerjakan sesuatu itu.
Semua orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, kekurangan kita merupakan kelebihan bagi orang lain dan kelebihan kita merupkan kekurangan dari orang lain. Selalu berfikir postif dan dahulukan kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena lebih baik senang bersama-sama dari pada senang sendiri sementara yang lain menderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar